Culex sp.
Culex Quinquefasciatus adalah nyamuk yang dapat menularkan
penyakit kaki gajah (filariasis ). Hal ini terjadi saat nyamuk Culex menghisap
darah pengidap filariasis sehingga larva cacing filariasis masuk dan berkembang
biak ditubuhnya lalu nyamuk Culex menularkan larva tersebut kepada manusia
dengan cara menggigitnya. Kasus penyakit kaki gajah banyak ditemukan dibeberapa
daerah di Indonesia seperi Malang Selatan dan Kediri.
Nyamuk Culex memiliki kebiasaan yang berbeda dengan Aedes
Aegepty, bila Aedes aegepty suka hidup pada air bersih maka Culex menyukai air
yang kotor seperi genangan air, limbah pembuangan mandi, got ( selokan ) dan
sungai yang penuh sampah. Culex, nyamuk yang memiliki ciri fisik coklat
keabu-abuan ini mampu berkembang biak disegala musim. Hanya saja jumlahnya
menurun saat musim hijan karena jentik-jentiknya terbawa arus. Culex melakukan
kegiatannya dimalam hari.
A.
Morfologi
Nyamuk Culex Sp
Culex
sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit yang penting
seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis
encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci), dalam
morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum yaitu kepala, dada, dan
perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis
Culexquinquefasciatus.
Ciri Secara Umum :
•
Telur : lonjong seperti
peluru
•
Larva : sifon panjang dan
bulunya lebih dari satu pasang
•
Fase dewasa : abdomen bagian ujung
tumpul, warna cokelat muda tanpa tanda khas
•
Sayap : sisik sempit
panjang dengan ujung runcing
•
Peran medis : sebagai vektor
filariasis dan penyakit Japanese B. encephalitis
•
Perilaku : mengisap darah pada
malam hari
•
Habitat : air jernih dan air
keruh
B.
Klasifikasi
Klasifikasi
Culex adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Animalia,
Phylum : Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex
Spesies : Culex sp
A.
Siklus
Hidup
1.
Telur
Seekor
nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang
berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan
telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit
sehingga mampu untuk mengapung.
2.
Larva
Setelah
kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pertumbuhan dan
perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat perindukan dan ada
tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari
penetasan sampai dewasa kurang lebih 5 hari.
3.
Pupa
Pupa
merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium
ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat
terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari.
Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase
ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang
dapat terbang dan keluar dari air.
4.
Dewasa
Setelah
muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina yang
sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber
protein yang esensial untuk mematangkan
telur.[8] Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai
12 hari. Daur
Hidup Nyamuk Culex sp Sumber
: North Dakota State Unyversity (1991)
Nyamuk Culex sp betina dapat
meletakkan telur sampai 100 butir setiap datang waktu bertelur. Telur – telur
tersebut diletakkan diatas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding
vertical bagian dalam tempat – tempat penampungan air . Nyamuk Culex sp betina
lebih menyukai tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan
telurnya dibandingkan dengan tempat penampunga air yang terbuka, karena tempat penampungan air yang
tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan
ruang didalamnya lebih gelap (Sumarmo,1988). Telur akan menetas dalam waktu 1-3
hari pada suhu 30o C, sementara pada suhu 16o C telur
akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan tanpa media air dengan
syarat tempat tersebut lembab
Telur dapat bertahan sampai berulan – bulan
pada suhu -2o C sampai 42o
C. Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi
menjadi 4 tingkatanperkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari
telur menetas, Instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III
terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari
telur menetas. Stadium pupa terjadi seteah 6 -7 hari telur menetas. Stadium
pupa berlangsung selama 2 -3 hari.
Lama
waktu stadium pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan suhu pada tempat
perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat rendah dibawah 10o C
pupa tidak mengalami perkembangan.(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana ,2000).
Stadium dewasa terjadi setelah 9 – 10 hari telur menetas. Meskipun umur nyamuk
Culex sp betina di alam pendek yaitu kira – kira2 minggu, tetapi waktu tersebut
cukup bagi nyamuk Culex sp. Betina untuk menyebarkan virus dengue dari manusia
yang terinfeksi ke manusia yang lain. (Soedarto, 1992)
PupaPupa merupakan
stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, padastadium ini tidak
memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapatterbang, stadium
kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari.Pada fase ini nyamuk
membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama faseini pupa tidak akan
makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yangdapat terbang dan
keluar dari air.d. DewasaSetelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina
akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah
waktu 24-36 jam. Darah merupakansumber protein yang esensial untuk mematangkan
telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai
12 hari.
D. Bionomik Nyamuk Culex sp
Nyamuk
betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda dengan nyamuk
jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya menghisap sari bunga.
Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat
beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
1.
Tempat berkembang biak
Nyamuk
Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di air bersih dan air yang
kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.
2.
Perilaku makan
Nyamuk
Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari. Nyamuk
Culex sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi.
Menurut penelitian yang lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar
rumah nyamuk Culex sp hampir sama yaitu
di luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di dalam rumah (47,14%), namun
ternyata angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia di dalam rumah lebih
tinggi (0,64643) dari nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah (0,60135).
3.
Kesukaan beristirahat
Setelah
nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2
sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang
berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering
berada dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.
4.
Aktifitas menghisap darah
Nyamuk
Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari (nocturnal).
Nyamuk Culex sp menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam sampai sebelum
matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.
E. Habitat
Nyamuk
dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi penularan
arbovirus.Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi pencemaran
organik dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki
rumah-rumah di malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia
lain.
F. Faktor Lingkungan Fisik
1. Suhu
Faktor
suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi akan
meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat
tetapi apabila suhu di atas 350C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum
untuk pertumbuhan nyamuk berkisar antara 200C – 300C. Suhu udara mempengaruhi
perkembangan virus dalam tubuh nyamuk.
2.
Kelembaban Udara
Kelembaban
udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang dinyatakan
dalam (%). Jika udara kekurangan uap airyang besar maka daya penguapannya juga
besar. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) dengan
lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang
terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah
menyebabkan penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan
tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban mempengaruhi umur
nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit,
istirahat dan lain-lain.
3.
Pencahayaan
Pencahayaan ialah
jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan per unit luas. Merupakan
pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap. Begitu juga dengan kepancaran
berkilau yaitu intensitas cahaya per unit luas yang dipancarkan dari pada suatu
permukaan. Dalam unit terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit
lux (lx)atau lumen per meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara
intensitas cahaya terhadap suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh.
Semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke permukaan maka
keadaan suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan
kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke
suatu permukaan maka kelembaban di suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih
rendah.
G.
Patologi dan Gejala Klinis
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang
berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus,
Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis. Gejala
klisnis filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan cacing dewasa baik
yang hidup maupun yang mati. Microfilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan
tetapi dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Gejala
yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis dan limfagitis
retrograd dalam stadium akut, disusul dengan okstruktif menahun 10 sampai 15
tahun kemudiam. Perjalanan filariasis dapat dibagi beberapa stadium: stadium
mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium menahun. Ketiga
stadium tumpang tindih, tanpa ada batasan yang nyata. Gejala klinis filariasis
bankrofti yang terdapat di suatu daerah mungkin berbeda dengan dengan yang
terdapat di daerah lain (Parasitologi Kedokteran, 2008).
Pada
penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan
limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup dapat
menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe, disebut lymphangiektasia.
Jika jumlah cacing dewasa banyak dan lymphangietaksia terjadi secara intensif
menyebabkan disfungsi system limfatik. Cacing yang mati menimbulkan reaksi
imflamasi. Setelah infiltrasi limfositik yang intensif, lumen tertutup dan
cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut pada
individu yang terinfeksi berat sampai semua saluran limfatik tertutup
menyebabkan limfedema di daerah yang terkena. Selain itu, juga terjadi
hipertrofi otot polos di sekitar daerah yang terkena (Pathology Basic of
Disease, 2005).
Stadium
akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe, berupa
limfaadenitis dan limfagitis retrograd yang disertai demam dan malaise. Gejala
peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali setahun dan berlangsung
beberapa hari sampai satu atau dua minggu lamanya. Peradangan pada system
limfatik alat kelamin laki-laki seperti funikulitis, epididimitis dan orkitis
sering dijumpai. Saluran sperma meradang, membengkak menyerupai tali dan sangat
nyeri pada perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang meradang tersebut
menyerupai hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinis yang paling
sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat pula dijumpai gejala limfedema dan
elephantiasis yang mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, testis, payudara
dan vulva. Kadang-kadanag terjadi kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu
yang terjadi karena dilatasi pembuluh limfe pada system ekskretori dan urinary.
Umumnya penduduk yang tinggal di daerah endemis tidak menunjukan peradangan
yang berat walaupun mereka mengandung mikrofilaria (Parasitologi Kedokteran,
2008).
I.
Pengobatan
Biasanya
kalau banyak ditemukan penderita yang didalam darahnya ditemukan microfilaria
akan dilakukan pengobatan missal dengan DEC ( Di Ethyl Carbamazine ).
Pengobatan massal sering menimbulkan masalah, bila beberapa orang tidak tahan
dengan pengobatan Single Dose yang diberikan hingga terjadi efek samping yang
tidak kita inginkan.
J. Pencegahan
Pencegahan
nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1.
Pencegahan secara mekanik
Cara
ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau tempat-tempat sejenis
yang dapat menampung air hujan danmembersihkan lingkungan yang berpotensial di
jadikan sebagai sarang nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu.
Pengendalian mekanis lain yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan
pemasangan perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya lampu dan
raket
pemukul.
2.
Pencegahan secara biologi
Intervensi
yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit, pesaing untuk
menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan kepala timah,
gambusia ikan mujaer dan nila di bak dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar
matahari misalnya tumbuhan bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan
tersebut dan merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan
dari tindakan pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya kontaminasi kimiawi
terhadap lingkungan.Selain dengan penggunaan organisme pemangsa dan pemakan
larva nyamuk pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan tanaman air dan
rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau
mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan membersihkan
semak-semak di sekitar rumah dan dengan adanya ternak seperti sapi, kerbau dan
babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak
di letakkan jauh dari rumah.
3.
Pencegahan secara kimia.
Penggunaan
insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan pengendalian infeksi dengue
harus dihindarkan. Selama periode sedikit atau tidak ada aktifitas virus
dengue, tindakan reduksi sumber larva secara rutin, pada lingkungan dapat
dipadukan dengan penggunaan larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang,
ditutup, diisi atau ditangani dengan cara lain.
Aedes
aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus
demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas,
meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus
dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes
albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat
keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan
mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
Aedes
aegyptiadalah nyamuk yang termasuk dalam subfamili Culicinae, famili Culicidae,
ordo Diptera, kelas Insecta. Nyamuk ini berpotensi untuk menularkan penyakit
demam berdarah dengue (DBD). DBD adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
demam mendadak, perdarahan baik di kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta
dapat menimbulkan syok dan kematian. Penyakit DBD ini terutama menyerang
anak-anak termasuk bayi, meskipun sekarang proporsi penderita dewasa meningkat.
Penyebab penyakit demam berdarah ialah virus
Dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Terdapat
empat serotipe dari virus Dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, yang
semuanya dapat menyebabkan DBD. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Ae.
aegypti. Nyamuk betina terinfeksi melalui pengisapan darah dari orang yang
sakit. Tempat perindukan Aedes aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan
sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari
berbagai macam tempat penampungan air (TPA) yang dapat menampung genangan air
bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan rumah tangga dan
tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon. Cara yang saat ini
dianggap tepat untuk mengendalikan penyebaran DBD adalah dengan mengendalikan
populasi dan penyebaran vektor, yaitu dengan 3M: menguras bak mandi, menutup
TPA, dan mengubur barang bekas.
Morfologi
Nyamuk Aedes Aegyt
Ciri-ciri jentik Aedes aegypti
Ciri-ciri jentik Aedes aegypti
1.
Bentuk siphon besar dan pendek yang
terdapat pada abdomen terakhir
2.
Bentuk comb seperti sisir
3.
Pada bagian thoraks terdapat stroot spine
Ciri-ciri nyamuk Aedes
aegypti
1.
Bentuk tubuh kecil dan dibagian abdomen
terdapat bintik-bintik serta berwarna hitam.
2.
Tidak membentuk sudut 90º
3.
Penyebaran penyakitnya yaitu pagi atau sore
4.
Hidup di air bersih serta
ditempat-tempat lain yaitu kaleng-kaleng bekas yang bisa menampung air hujan
5.
Penularan penyakit dengan cara membagi diri.
6.
Menyebabkan penyakit DBD.
Telur
Aedes aegypti
Telur
Aedes Aegypti diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air atau
menempel pada permukaan benda yang terapung. Jentik nyamuk Aedes Aegypti
memiliki rambut abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan
terdapat alat untuk menghisap oksigen.
Larva Aedes aegepty
Larva Aedes aegepty membentuk
sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen.Probosis Aedes lebih panjang
daripada nyamuk lainnya. Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang
berada di dalam air. Pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi
pembentukan sayap sehingga dapat terbang. Stadium kepompong memakan waktu lebih
kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan waktu 2-5 hari
untuk menjadi nyamuk.
Pupa nyamuk aedes aegypti
Pupa
tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat
terbang dan keluar dari air. Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada
dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya. Ekor pupa agak lurus dengan
kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor. Ciri
morfologi yang khas yaitu memiliki tabung atau terompet pernafasan yang
berbentuk segitiga. Setelah berumur 1 – 2 hari, pupa menjadi nyamuk dewasa
(jantan atau betina). Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak diantara
bakal sayap nyamuk dewasa dan terpasangsayap pengayuh yang saling menutupi
sehingga memungkinkan pupa untuk Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar
dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor.
Nyamuk Dewasa Aedes aegypty
Nyamuk Aedes
aegypti jantan hanya manghisap cairan tumbuh-tumbuhan atau sari bunga
untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina
lebih menyukai darah manusia daripada darah binatang. Darah diperlukan untuk
pemasakan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, telur yang
dihasilkan dapat menetas. Setelah berkopulasi, nyamuk betina menghisap darah
dan tiga hari kemudian akan bertelur sebanyak kurang lebih 100 butir. Nyamuk
akan menghisap darah setelah 24 jam kemudian dan siap bertelur lagi. Setelah
menghisap darah, nyamuk ini beristirahat di dalam atau kadang-kadang di luar
rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Tempat hinggap yang
disenangi adalah benda-benda tergantung seperti kelambu, pakaian,
tumbuh-tumbuhan, di tempat ini nyamuk menunggu proses pemasakan telur.
Perilaku
menggigit nyamuk aedes aegypti
Nyamuk
betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang
dan nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada
bunga. Aedes aegypti biasanya menggigit nyamuk ini memiliki kebiasaan
menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00 WIB
(Lestari dkk, 2011). Malam harinya lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian
yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap atau lembab. Mereka
mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air
kotor seperti air got atau lumpur kotor tapi hidup di dalam dan di sekitar
rumah
Tempat
istirahat nyamuk aedes aegypti
Pada
malam hari setelah menggigit dan selama menunggu waktu pematangan telur,
nyamuk Aedes aegypti (betina maupun jantan) beristirahat di dalam
rumah pada benda-benda yang tergantung seperti pakaian gelap yang
bergelantungan di ruangan yang tidak terang, kelambu, kopiah, dan pada
tempat-tempat gelap, lembab dan sedikit angin. di dalam rumah.
Tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
Tempat
perkembangbiakan tersebut berupa:
·
Tempat penampungan air (TPA) yaitu
tempat menampung air guna keperluan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak
mandi, bak WC dan ember.
·
Bukan tempat penampungan air (non TPA)
yaitu tempat-tempat yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk
keperluan sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban
bekas, botol, pecahan gelas, vas bunga dan perangkap semut.
·
Tempat penampungan air alami (TPA alami)
seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit
kerang, pangkal pohon pisang dan potongan bambu.
Perilaku
dan Daur Hidup Nymuk Aedes aegypty
Aedes aegypti
bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit
dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah.
Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk
memproduksi telur (Womack, 1993). Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai
petang dengan dua puncak waktu yaitu setelah matahari terbit (8.00-10.00) dan
sebelum matahari terbenam (15.00- 17.00) (Djakaria, 2000). Nyamuk jantan tidak
membutuhkan darah, dan memperoleh energi
dari nektar bunga ataupun
tumbuhan. Nyamuk ini menyenangi area yang gelap dan benda- benda berwarna hitam
atau merah (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008). Nyamuk dewasa biasanya
tinggal pada tempat gelap di dalam ruangan seperti lemari baju dan di bawah
tempat tidur (WHO, 1999).
Infeksi virus
dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada
peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus.
Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah,
berulang kali menusukkan probosisnya, namun tidak berhasil menghisap darah,
sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain, akibatnya resiko
penularan virus menjadi semakin besar (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti,
2008). Tempat perindukan Ae. aegypti di daerah asalnya (Afrika) berbeda dengan
di Asia. Di Afrika nyamuk hidup di hutan dan tempat perindukkannya pada
genangan air di pohon. Di Asia nyamuk hidup di daerah pemukiman, dan tempat
perindukannya pada genangan air bersih buatan manusia (man made breeding
place). Tempat perindukan Ae. aegypti dapat dibedakan atas tempat perindukan
sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari
berbagai macam tempat penampungan air (TPA), termasuk kaleng bekas, ban mobil
bekas, pecahan botol, pecahan gelas, talang air, vas bunga, dan tempat yang
dapat menampung genangan air bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA
untuk keperluan rumah tangga seperti bak penampungan air, reservoar air, bak
mandi, gentong air. Tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon,
seperti pohon pisang, pohon kelapa, pohon aren, potongan pohon bambu, dan
lubang pohon (Chahaya, 2003).
Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna.
Nyamuk betina meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual,
terpisah satu dengan yang lain, dan menempel pada dinding tempat
perindukkannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-rata sebanyak
seratus butir telur tiap kali bertelur. Telur menetas dalam satu sampai dua
hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut
instar. Perkembangan dari instar I ke instar IV memerlukan waktu sekitar lima
hari. Setelah mencapai instar IV, larva berubah menjadi pupa di mana larva
memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk
dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa
membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari, namun bisa lebih lama bila kondisi
lingkungan tidak mendukung (Djakaria, 2000;
id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008).
Telur Aedes
aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga satu bulan dalam keadaan
kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva.
Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya.
Kondisi larva saat berkembang dapat mempengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang
dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan makanan
akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap
darah (id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008).
Epidemiologi
Aedes aegypti adalah vektor utama penyakit DBD
di daerah tropik. Nyamuk ini semula berasal dari Afrika kemudian menyebar
melalui sarana transportasi ke negara lain di Asia dan Amerika. Di Asia, Ae.
Aegypti merupakan satu-satunya vektor yang efektif menularkan DBD, karena
tempat perindukkannya berada di sekitar rumah dan hidupnya tergantung pada
darah manusia. Di daerah yang penduduknya jarang, Ae. aegypti masih memiliki
kemampuan penularan yang tinggi karena kebiasaan nyamuk ini menghisap darah
manusia berulang-ulang (Chahaya, 2003).
Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia
meliputi semua provinsi yang ada. Walaupun spesies-spesies ini ditemukan di
kota-kota pelabuhan yang penduduknya padat, namun spesies nyamuk ini juga
ditemukan di daerah pedesaan yang terletak di sekitar kota pelabuhan.
Penyebaran Ae. aegypti dari pelabuhan ke desa disebabkan karena larva Ae.
aegypti terbawa melalui transportasi yang mengangkut benda- benda berisi air
hujan pengandung larva spesies ini (Djakaria, 2000).
Etiologi
DBD
disebabkan oleh virus Dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga
Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari
asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan DBD. Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotipe terbanyak. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus Dengue dapat
bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomya) dan Toxorhynchites (Suhendro dkk.,
2006).
Infeksi
terhadap serotipe memunculkan imunitas sepanjang umur, tetapi tidak
menghasilkan imunitas silang (cross protective immunity). Virus Dengue sensitif
terhadap eter, namun stabil bila
disimpan pada suhu minus 70ºC dan pada keadaan liofil stabil pada suhu 5ºC.
Virus Dengue bertahan hidup melalui siklus transmisi lingkungan kota pada
daerah tropis dan subtropis oleh nyamuk Ae. aegypti, spesies yang berhubungan
erat dengan habitat manusia (WHO, 1999).
Pengendalian Vektor Penyakit
Cara
yang saat ini masih dianggap tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit DBD
adalah dengan mengendalikan populasi dan penyebaran vektor. Program yang paling
sering dikampanyekan di Indonesia adalah 3 M, yaitu menguras, menutup, dan
mengubur.
·
Menguras bak mandi, untuk memastikan
tidak adanya larva nyamuk yang berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang
melekat pada dinding bak mandi.
· Menutup tempat penampungan air, sehingga
tidak ada nyamuk yang memiliki akses ke tempat itu untuk bertelur.
·
Mengubur barang bekas, sehingga tidak
dapat menampung air hujan
Slotty Roto - Casino & Hotel | Mapyro
BalasHapusFind your way around the casino, find what you're looking 구리 출장안마 for and get the best deals! Roto 창원 출장안마 Casino Hotel | Mapyro Casino 포항 출장마사지 Hotel. 1.6 mi. 안양 출장샵 7.0. Wazuzu Rd. Casino. 원주 출장안마